Disebabkan oleh virus PBFD, gejala penyakit ini sesuai dengan namanya akan menyebabkan burung beo dan lesi bulu pada burung beo. Ini adalah penyakit yang sangat menular. Seringkali akut atau parah, dan bahkan menyebabkan kematian dengan cepat. Penyakit ini pertama kali ditemukan pada pertengahan 1970-an oleh burung beo Pasifik selatan (psittacine pasifik selatan). Gejala-gejalanya adalah pertumbuhan dan kerontokan bulu yang tidak teratur, perubahan bentuk guanin, dan kematian akibat infeksi yang disebabkan oleh penurunan kekebalan. Belakangan ini, virus PBFD ditemukan di lebih dari 40 spesies burung beo, termasuk Kakatua, beo abu-abu Afrika, beo eklektik, burung lovebird, budgie, beo Amazon, macaw, dan beo.
Pengenalan virus PBFD
Ini adalah virus simetris ikosahedral tak terbungkus, dan DNA untai tunggal melingkar diklasifikasikan menjadi Circovirus dan Circoviridae.
Mode infeksi
PBFD adalah penyakit yang sangat menular, dan virus dapat diisolasi dari darah burung, kotoran yang montok, dan sekresi dari kantung. Di antara mereka, debu bulu merupakan sumber penyebaran yang paling penting, sehingga jika ada orang yang terinfeksi di lingkungan perkembangbiakan maka mudah menyebar melalui bulu tersebut. Karena burung muda memiliki daya tahan tubuh yang lemah, mereka rentan terhadap infeksi. Kebanyakan burung yang berusia di atas tiga tahun memiliki kekebalan yang kuat. Oleh karena itu, jika unggas memiliki kekebalan yang baik, virus dapat dibasmi oleh sistem kekebalan pada tahap awal penyerangan ke tubuh burung tanpa menimbulkan penyakit.
Gejala PBFD
Gejala awal yang khas adalah bulu rontok, kelainan rambut baru, pertumbuhan tidak teratur, rambut rontok, imunitas rendah, berat badan turun, anoreksia, dan sejenisnya. Namun gejala klinis berbeda-beda tergantung spesies dan umurnya. Infeksi akut dan subakut cenderung terjadi pada unggas muda yang berganti bulu pada usia 30 hari. Gejala-gejalanya adalah bulu pecah, berdarah, deformasi bengkok, dan lepasnya prematur. Gejala lain termasuk diare, kantung stagnasi, anoreksia, dan sejenisnya. Seekor burung dengan gejala bisa mati dalam beberapa hari atau minggu. Lebih umum pada burung beo abu-abu dan burung kakatua muda. Infeksi kronis lebih mungkin terjadi pada unggas yang berusia kurang dari tiga tahun. Unggas yang terkena mungkin memiliki kekebalan yang rendah dan menyebabkan infeksi sekunder dan kematian. Lesi pada bulu meliputi bulu tidak lepas, akar bulu berdarah, kelainan bentuk bulu dan sejenisnya. Bulu bulu bagian bawah biasanya rontok terlebih dahulu, kemudian bulu tubuh seperti bulu mahkota, bulu terbang, dan bulu ekor juga mulai berguguran. Beberapa burung pernah botak, tetapi mereka masih bisa hidup berbulan-bulan hingga bertahun-tahun sebelum mati. Infeksi kronis, selain Kakatua Persik, Kakatua Maluku, dan Kakatua Jambul, lesi guanin tidak akan terjadi pada spesies burung beo lainnya. Lesi tersebut mengandung sariawan, pergelangan kaki burung terlalu panjang atau patah, dan ujung tendon nekrotik. Sebagian besar disertai infeksi sekunder bakteri atau jamur. PBFD sama mengikis manusia seperti AIDS, dan unggas yang sakit akhirnya hilang karena sistem kekebalan, diikuti oleh virus, bakteri, jamur dan infeksi parasit lainnya.
Metode Diagnosis
Imunohistokimia, Hemaglutinasi, Penghambatan hemaglutinasi, hibridisasi in situ, Mikroskopi Elektron, dan uji PCR saat ini tersedia. Uji PCR biologis molekuler adalah metode diagnostik yang paling sensitif dan spesifik. Penelitian menunjukkan bahwa virus PBFD dapat terdeteksi dalam darah unggas yang tertular selama 2 hari, yaitu unggas yang tertular. Dalam masa inkubasi, virus PBFD dapat dideteksi dengan uji PCR biologis molekuler, yang jauh lebih sensitif dan cepat dibandingkan dengan metode uji lain
Metode pencegahan
Saat ini, belum ada pengendalian vaksin. Metode penting untuk mencegah infeksi PBFD adalah skrining darah PCR biologis molekuler. Waktu yang disarankan untuk pemeriksaan adalah
1. Burung yang baru diperkenalkan
2. Dugaan infeksi atau kontak dengan unggas yang sakit
3. Deteksi PCR biologis molekuler dari virus PBFD positif, tetapi bulunya normal, dianjurkan untuk diisolasi setelah 4 hingga 6 minggu, mengapa perlu dilakukan?
Silakan merujuk ke teks asli bahasa Inggris.
Http://www.exoticpetvet.net/avian/pbfd.html
Kutipan kunci
Survei titer antibodi di Amerika Serikat menunjukkan bahwa sebagian besar burung dari spesies yang lebih besar dan rentan terpapar virus pada suatu waktu dalam hidup mereka tetapi mampu meningkatkan respons imun yang efektif.
Ini dianggap vaksinasi alami, sama seperti bayi burung di pembibitan yang semuanya terpapar virus, dinyatakan positif dan kemudian diperkenalkan negatif. Burung-burung itu kemungkinan besar kebal terhadap virus PBFD seumur hidup.
Hal ini dapat dilihat dari penyelidikan konsentrasi antibodi di Amerika Serikat bahwa sebagian besar spesies burung yang rentan terpapar virus di beberapa bagian hidupnya, dan secara efektif dapat meningkatkan respons kekebalan tubuh.
Ini dianggap sebagai vaksinasi alami, sama seperti anak ayam yang terpapar virus di pembibitan, tes virus PBFD positif, dan kemudian tes virus PBFD negatif untuk sementara, unggas ini mungkin memiliki PBFD seumur hidup. virus. Kekebalan.
4. Karena virus PBFD dapat bertahan hidup di dalam tubuh selama beberapa bulan, telah tertular, unggas yang kelihatannya sudah sembuh, maka dianjurkan untuk mengisolasi dan melakukan pemeriksaan. Selain itu, membantu burung membangun kekebalan yang kuat juga merupakan cara untuk melindungi burung dari virus.
Pengobatan
Saat ini tidak ada pengobatan yang efektif dan hanya pengobatan suportif untuk unggas yang terinfeksi. Jenis spesimen (penggunaan spesimen darah lebih baik, karena darah dapat ditemukan lebih awal, virus akan berpindah ke bulu saat darah mengangkut nutrisi, dan virus dapat terdeteksi dalam darah setelah beberapa hari terinfeksi)
1. Spesimen bulu: Ambil 3-5 bulu dari dada, perut atau punggung burung dan masukkan ke dalam kantong plastik. [Bulu harus diambil dari burung, bukan burung yang jatuh secara alami atau rontok dari rambut bayi]
2. Sampel darah: Gunakan alkohol 75% untuk mendisinfeksi gunting dan kuku yang ingin Anda sampel. Setelah kuku didisinfeksi, gunakan gunting yang telah didesinfeksi dan potong perlahan. Sampai Anda bisa melihat darahnya, Anda bisa mengambil 1-2 tetes darah dengan kertas putih. Setelah darah mengering secara alami, masukkan ke dalam kantong plastik. [Kertas harus lebih besar dari 1 * 1 cm, dan lebih baik memilih kertas atau kertas penyerap air yang tidak mudah pecah.] ※ Silakan merujuk ke proses pengambilan sampel untuk metode pemeriksaan terperinci.
Psittacine Beak & Feather Disease(PBFD Virus)
Caused by the PBFD virus, the symptoms of this disease, as the name suggests, will cause parrots and feather lesions of the parrots. They are highly contagious diseases. They are often acute or severe, and even die rapidly. The disease was first discovered in the mid-1970s by the south Pacific parrot (south pacific psittacine). The symptoms were irregular growth and shedding of the feathers, deformation of the guanine, and death from infection caused by reduced immunity. Later, PBFD viruses were discovered in more than 40 species of parrots, including Cockatoo, African grey parrots, eclectic parrots, lovebirds, budgies, Amazon parrots, macaws and parrots.
Introduction to PBFD virus
It is a non-enveloped icosahedral symmetrical virus, and a circular single-stranded DNA is classified into the Circovirus and the Circoviridae.
Infection mode
PBFD is a highly contagious disease, and the virus can be isolated from the blood of the bird, the plump feces, and the secretion of the sac. Among them, feather dust is the most important source of distribution, so if there is an infected person in the breeding environment, it is easy to spread through the feathers. Because young birds have a weak immune system, they are susceptible to infection. Most birds over the age of three have strong immunity. Therefore, if the bird has good immunity, the virus can be cleared by the immune system in the early stage of invading the bird body without causing disease.
Symptoms of PBFD
Typical initial symptoms are feather shedding, new hair disorder, irregular growth, hair loss, excessive mouth, low immunity, weight loss, anorexia, and the like. However, clinical symptoms vary depending on the species and age. Acute and subacute infections are prone to occur in young birds that are moulted at 30 days of age. The symptoms are feather rupture, bleeding, bending deformation, and premature detachment. Other symptoms include diarrhea, sac stagnation, anorexia, and the like. A bird with symptoms may die within the day or weeks. More common in the gray parrots and the young birds of Cockatoo. Chronic infections are more likely to occur in birds less than three years old. The affected birds may have low immunity and cause secondary infection and death. The lesion on the feather includes the feather sheath not falling off, the feather root bleeding, feather deformation and the like. The down feathers usually fall first, and then the body feathers such as crown feathers, flying feathers, and tail feathers also begin to fall. Some birds have been bald, but they can still live for months to years before they die. Chronic infections, in addition to peach Cockatoo, Moluccan Cockatoo and Crested Cockatoo, guanine lesions will not occur in other species of parrot. The lesion contains an oral ulcer, the bird's ankle is too long or broken, and the tip of the tendon is necrotic. Mostly accompanied by secondary infections of bacteria or mold. PBFD is as eroding to humans as AIDS, and the sick bird is eventually lost due to the immune system, followed by other viruses, bacteria, mold and parasitic infections.
Diagnosis method
Immunohistochemistry, Hemagglutination, Hemagglutination inhibition, in situ hybridization, Electron Microscopy, and PCR test are currently available. Molecular biological PCR assay is the most sensitive and specific diagnostic method. Studies have shown that PBFD virus can be detected in the blood of birds infected for 2 days, that is, birds are infected. In the incubation period, PBFD virus can be detected by molecular biological PCR test, which is far more sensitive and rapid than other test methods.
Prevention method
At present, there is no vaccine control. An important method to prevent PBFD infection is molecular biological PCR blood screening. The recommended timing for screening is
1. Newly introduced birds
2. Suspected of infection or contact with sick birds
3. Molecular biological PCR detection of PBFD virus is positive, but the feathers are normal, it is recommended to isolate after 4 to 6 weeks, why do you need to do this?
Please refer to the original English text.
Http://www.exoticpetvet.net/avian/pbfd.html
Key excerpt
Antibody titer surveys in the United States suggest that most birds of susceptible larger species are exposed to the virus at some time in their lives but are able to mount an effective immune response.
This is considered natural vaccination, just like the baby birds in the nursery that were all exposed to the virus, tested positive and then later introduced negative. Those birds would likely be immune to the PBFD virus for life.
It can be seen from the investigation of the antibody concentration in the United States that most of the susceptible bird species are exposed to the virus in some parts of their lives,
and can effectively promote the body's immune response.
This is considered to be a natural vaccination, just as the baby chicks are exposed to the virus in the nursery, the PBFD virus test is positive, and then the PBFD virus test is negative for a while, these birds may have a lifetime of PBFD virus. Immunity.
4. Because the PBFD virus can survive in the body for several months, it has been infected, seemingly recovered birds, it is recommended to isolate and do the inspection. In addition, helping birds build strong immunity is also a way to protect birds from viruses.
Treatment
There is currently no effective treatment and only supportive treatment for infected birds. Type of specimen (use of blood specimens is better, because the blood can be found earlier, the virus will move to the feathers as the blood transports nutrients, and the virus can be detected in the blood after a few days of infection) 1. Feather specimen: Take 3-5 feathers from the chest, abdomen or back of the bird and put them in a plastic bag. [Feathers must be taken from the birds, non-birds naturally falling feathers or falling off the baby's hair] 2. Blood sample: Use 75% alcohol to disinfect the scissors and the nails you want to sample. After the nails are disinfected, use the disinfected scissors and slowly cut them. Until you can see the blood, you can take 1-2 drops of blood with white paper. After the blood is naturally dry, put it in a plastic bag. [The paper needs to be larger than 1*1 cm, and it is better to choose paper or water-absorbing paper that is not easy to break.] ※ Please refer to the sampling process for detailed inspection methods.
Jika Anda memiliki pertanyaan lain tentang layanan kami, silakan hubungi kami melalui email atau kontak dibawah ini
Lembang, Jawa Barat, Indonesia ID
@avian.id
This website was built with Mobirise site templates